Jerawat hormonal merupakan jenis jerawat yang yang disebabkan oleh perubahan dan fluktuasi hormon di dalam tubuh. Fluktuasi hormon ini bisa terjadi saat pasien sudah memasuki usia pubertas.
Meski begitu, pasien dengan usia berapa pun juga tetap bisa mengalami jerawat hormonal. Terutama pada pasien menjelang siklus menstruasi tiba atau memasuki fase menopause.
Perbedaan jerawat hormon dan jerawat bakteri sebenarnya bisa dikenali dengan mudah. Fluktuasi dan ketidakseimbangan kadar hormon seperti hormon androgen dan estrogen di dalam tubuh bisa menyebabkan kulit jadi lebih berminyak atau kering. Efeknya, kulit akan lebih rentan berjerawat.
Sementara, jerawat bakteri biasanya disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di wajah akibat produk skincare yang tidak cocok hingga masalah-masalah eksternal lainnya
Baca Juga: Kenali Jenis KB IUD Andalan Agar Tidak Salah Pilih
Ciri-ciri Jerawat Hormonal
Untuk menangani jerawat hormonal pada pasien secara tepat, perlu diketahui perbedaan antara jerawat hormonal dengan jerawat yang disebabkan karena masalah kebersihan kulit. Berikut adalah ciri-ciri jerawat hormon yang bisa dikenali:
- Muncul pertama kali saat pasien memasuki usia pubertas, yaitu sekitar usia 13 hingga 17 tahun.
- Jerawat juga akan muncul rutin saat pasien akan memasuki masa menstruasi atau selesai masa menstruasi. Bahkan, beberapa wanita hamil juga mengalami masalah jerawat karena perubahan hormon.
- Biasanya lebih sulit dihilangkan, butuh penanganan medis untuk menghilangkan jerawat.
- Jerawat muncul di pipi, dagu, dan rahang. Bahkan, menurut Cleveland Clinic, jerawat ini bisa muncul di wajah, bahu, dada, dan punggung.
- Jerawat timbul sebulan sekali dan terasa menyakitkan.
Cara Mengatasi Jerawat Hormonal
Jerawat akibat perubahan hormon pada pasien perlu ditangani dengan benar agar tidak bertambah parah. Berikut beberapa cara mengatasi jerawat hormonal pada pasien.
1. Menjaga Kebersihan Kulit
Hormonal bisa menyebabkan kulit jadi berminyak atau kering. Pada kondisi ini, kotoran mudah menempel, bakteri mudah berkembang biak, dan kulit jadi rentan terkena iritasi.
Jika kulit pasien berminyak, mereka perlu membersihkan wajah setidaknya 2 kali sehari. Pilih pembersih wajah khusus kulit berminyak dan gunakan toner setelahnya. Toner bisa membantu menghilangkan minyak berlebih, sekaligus mengecilkan pori-pori.
Jika jenis kulit pasien adalah kering, mereka perlu mengoleskan pelembab setiap harinya. Pilihlah pelembap yang bebas minyak dan bersifat non comedogenic agar jerawat tidak semakin parah.
2. Menggunakan Obat Jerawat
Untuk mengatasi jerawat yang membandel, pasien perlu menggunakan obat jerawat. Jika pasien memiliki kulit berminyak, gunakan obat jerawat yang mengandung benzoil peroksida, retinoid, dan asam salisilat.
Sementara kulit kering, hindari obat jerawat yang mengandung benzoil peroksida, asam salisilat, dan asam azelaic karena bisa menyebabkan kulit bertambah kering.
Baca Juga: Adakah Pantangan Untuk Penggunaan KB Implan?
3. Terapi Hormonal dengan Mengonsumsi Pil KB
Pilihan obat jerawat hormonal lainnya bisa dilakukan dengan mengendalikan produksi hormon androgen dalam tubuh. Terapi hormon bisa dilakukan jika pengobatan jerawat lainnya tidak cukup efektif mengobati jerawat hormon. Terapi hormon yaitu dengan mengonsumsi Pil KB dengan kandungan 2 hormon, yaitu hormon progestin dan hormon estrogen.
Guna membantu pengobatan jerawat, pasien disarankan untuk tetap menerapkan pola hidup sehat, mengatur stres, istirahat cukup, dan menjaga berat badan. Pasalnya, kelebihan berat badan atau obesitas bisa menyebabkan ketidakseimbangan kadar hormon penyebab jerawat.
Stres yang tidak terkontrol dan istirahat yang kurang juga dapat memengaruhi hormonal tubuh dan memicu munculnya jerawat. Selain itu, hindari memegang atau memencet jerawat karena dapat membuat jerawat meradang dan makin parah.